Pengalaman Menggunakan Sepeda Listrik U-Winfly Dragonfly 8
Sepeda Listrik U-Winfly Dragonfly 8 - Untuk membuktikan teori dan opiniku pada tulisan yang lalu, Apakah Listrik Akan Menjadi Solusi atas Mahalnya Bahan Bakar Minyak?, aku akhirnya mencoba membeli salah satu kendaraan listrik. Namun karena uangku belum cukup untuk membeli motor listrik dan mobil listrik, aku mencoba membeli sepeda listrik atau beberapa orang menyebutnya dengan motor berpedal.
Alasan utamaku memutuskan untuk membeli sepeda listrik karena aku membutuhkan kendaraan yang akan digunakan oleh istri untuk antar jemput anak pertama yang sudah mulai sekolah dengan anggaran sebesar Rp5.000.000, tidak lebih (kalau bisa dibawah anggaran tersebut). Pilihan yang muncul dari anggaran tersebut adalah membeli sepeda motor bekas atau sepeda listrik baru.
Pertimbangan pertama. Jika membeli sepeda motor bekas dengan anggaran hanya 5 juta akan mendapat sepeda motor seperti apa? Bagaimana kualitasnya? Apakah pemilik sebelumnya rajin merawat sepeda motor itu? Apakah nanti akan timbul biaya perawatan yang mungkin akan lebih besar dari harga pembelian?
Pertimbangan kedua. Jika membeli sepeda listrik dengan anggaran 5 juta maka kami akan mendapatkan sepeda listrik baru. Namun bagaimana kualitas sepeda listrik yang kami dapat nanti? Apakah mudah rusak? Apakah tersedia sparepart jika ada kerusakan? Apakah harga batrainya mahal jika nanti rusak? Apakah aku tidak menjilat ludahku sendiri karena pernah menulis tanggapan negatif tentang kendaraan listrik (baca: Apakah Listrik Akan Menjadi Solusi atas Mahalnya Bahan Bakar Minyak?)?
Setelah berdiskusi cukup panjang dengan istri ditambah dengan pertimbangan bahwa aku adalah seorang teknisi listrik yang mungkin bisa memperbaiki sepeda listrik jika terjadi kerusakan, maka kami memutuskan untuk membeli sepeda listrik.
Kami mencoba mencari banyak video review di youtube. Akhirnya pilihan kami mengerucut pada 2 pilihan yaitu U-Winfly Redfish-8 dan U-Winfly Dragonfly-8 karena banyak review positif dengan bentuk dan warna yang unik serta harga yang sesuai anggaran yang telah kami siapkan.
Setelah mendapatkan kesepakatan bersama, kami pergi menuju dealer resmi U-Winfly yang berada dikota kami. Disana kami mencoba 2 sepeda listrik yang kami inginkan. Kalau dari segi bentuk fisik, kami ingin memilih Redfish-8 karena bentuk bodinya yang lucu, mirip dengan Vespa Armani.
Tidak hanya dari segi bodi yang aduhai, Redfish-8 juga lebih unggul dibandingkan dengan Dragonfly-8 jika dibandingan dari segi teknologinya. RF-8 memiliki teknologi yang tidak dimiliki oleh DF-8 yaitu parking system. Jika pada DF-8 begitu kunci kontak dihidupkan lalu sepeda digas maka speda akan langsung berjalan. Pada RF-8, ketika kunci kontak dihidupkan sepeda akan berada pada posisi standby dan tidak akan berjalan meski gas diputar penuh sekalipun. Untuk menjalankan RF-8, setelah kunci kontak dihidupkan kita harus menekan rem sebelah kanan kemudian dilepas baru gas diputar.
RF-8 menggunakan motor 600 Watt dan battrai 20AH sedangkang, DF-8 menggunakan motor 500 Watt dan battrai 12AH. Dari segi harga, Redfish-8 dibandrol dengan harga Rp5.400.000 sedangkan Dragonfly-8 dibandrol dengan harga Rp4.300.000.
Namun demikian, setelah aku mencoba berboncengan dengan anakku menggunakan RF-8, kami merasa Redfish-8 kurang aman jika digunakan untuk berboncengan dengan anak kami karena bentuk sadelnya yang cukup pendek jika digunakan untuk berboncengan. Atas pertimbangan tersebut akhirnya kami memilih Dragonfly-8, sebuah sepeda listrik berbentuk motor clasic.
Sesampai dirumah kami langsung disambut oleh beberapa kaum mendang-mending. Mending beli motor bekas lah, mending beli sepeda listrik merk lain lah (selain U-Winfly), mending nambah sedikit buat beli motor listrik yang sedang disubsidi pemeritah lah dan mendang-mending yang lain. Tapi kami tetap cinta sepeda ini.
Sejak sepeda listrik itu kami beli, Juni 2023, sampai sekarang akhir Desember 2023, kami sudah menggunakan 2500an kilometer (menurut pencatatan speedometer sepeda tersebut) dan tidak ada kendala yang berarti pada sepeda tersebut.
Selama menggunakannya, sepeda ini masih aman digunakan berboncengan 4, aku (52kg), istriku (48kg), anak pertamaku (5 tahun 16kg) dan anak ke duaku (bayi 8kg). Batrai bisa digunakan paling jauh 35kilometer (total akumulasi) dalam 1 kali charge. Dan tidak ada tambahan pengeluaran token listrik dalam sebulan. Sangat membantu keluarga kami yang sedang berjuang agar menjadi lebih irit. Dan kali ini aku benar-benar harus menjilat ludahku sendiri atas tulisanku sebelumnya tentang kendaraan listrik.
Dari segi keamanan, U-Winfly DF-8 dilengkapi dengan alarm ber-remote control dengan sistem yang lumayan canggih. Saat sepeda terkunci, tidak hanya alarm berbunyi jika akan dikendarai tapi sistem akan membuat roda terkunci dan tidak dapat digerakkan baik maju ataupun mundur.
Dari segala kelebihan dan modelnya yang unik, menurutku sepeda ini punya beberapa kekuarangan, yaitu:
- Shocknya yang kurang nyaman dan terkadang bunyi "ngik-ngik" saat dijalan bergeronjal dan melewati polisi tidur. Sebenarnya Bunyi "ngik-ngik" ini akan hilang jika shock diberi minyak/gemuk.
- Engkolannya tidak nyaman sama sekali. Bahasa Indonesia untuk engkolan apa ya? Yang jelas alat untuk mengayuh, beberapa orang lain bilang alat untuk gowes (bukan pedal lho ya). Engkolannya sangat ringan, sehingga 500 meter saja sudah terasa ngos-ngosan. Tapi kelebihannya engkolan sepedah ini tidak ikut berputar saat menggunakan mode sepeda listrik.
- Durasi charghing lama, bisa diatas 5 jam saat batrai benar-benar kosong.
Dari 3 kekurangan tersebut masih bisa kami atasi dengan aman dan nyaman. Kami juga belum punya perbandingan dengan sepeda listrik lain (belum pernah menggunakan sepeda listrik lain).
Kurang lebih begitulah pengalamanku menggunakan sejauh 2500kilometer Sepeda Listrik U-Winfly Dragonfly 8.
Posting Komentar untuk "Pengalaman Menggunakan Sepeda Listrik U-Winfly Dragonfly 8"