Pengalaman Keluarga Terpapar Virus Corona
Virus Corona - Di awal November 2020 lalu aku, istriku dan temanku bersama istrinya (yang kebetulan juga teman istriku) nekat merencanakan liburan ke Yogyakarta ditengah pandemi pada libur akhir tahun. Sebenarnya rencana liburan ini sudah kami rancang sejak awal tahun 2020 dan akan dilaksanaan pada Agustus 2020, namun ketentuan pemerintah tentang pandemi berhasil menunda rencana kami. Ketentuan tersebut berisikan tentang perubahan cuti bersama.
Ternyata rencana Allah lebih indah dari rencana makhluk-Nya. Untuk saja, aku mewurungan niat untuk liburan ke Yogyakarta. Akhir Desember 2020 Ayahku dikonfirmasi Covid-19. Berikut kronologi saat itu.
Karena kontak langsung dengan ayah dan ibu, sejak 6 Desember 2020 aku diwajibkan untuk bekerja dari rumah oleh kantorku dan baru boleh masuk kantor setelah melakukan SWAB PCR. 15 Januari 2021 aku melakukan SWAB PCR dan hasilnya negatif.
Ternyata rencana Allah lebih indah dari rencana makhluk-Nya. Untuk saja, aku mewurungan niat untuk liburan ke Yogyakarta. Akhir Desember 2020 Ayahku dikonfirmasi Covid-19. Berikut kronologi saat itu.
- 6 Desember 2020 mulai batuk pilek, dan buang air besar cair. Lalu minum obat batuk pilek dan multivitamin. Karena curiga covid, ayah aku sarankan untuk tidak keluar rumah dulu, mengurangi bertemu dengan warga sekitar dan meliburkan karyawannya. Istri dan anakku tidak aku izinkan untuk datang ke rumah orang tuaku sampai keadaan benar-benar membaik.
- 7-9 Desember 2020 batuk pilek mulai hilang, tapi nafsu makan mulai menurun dan hampir sama sekali tidak makan. Lemes dan lidah terasa hambar.
- 10 Desember 2020 Rapid tes di salah satu klinik di Jember hasil Non-Reaktif. Batuk pilek sudah sembuh tapi nafsu makan belum ada.
- 10-13 Desember 2020 keadaan tetap. Batuk pilek sudah sembuh tapi nafsu makan belum ada sehingga badan lemas.
- 14 Desember 2020 periksa ke klinik yang berbeda, dokter bilang sakit maag dan dirujuk ke dokter saraf. Tapi karena kami tidak merasa ada yang aneh dengan saraf, kami tidak datang ke dokter saraf. Karena masalah hanya di nafsu makan.
- 15-18 Desember 2020 masih tidak ada nafsu makan sehingga badan sangat lemas.
- 19 Desember 2020 pagi dilakukan SWAB PCR di LAB dengan menggunakan layanan 1 day service seharga Rp 1.200.000. Sore nafsu makan sudah membaik.
- 20 Desember 2020 pagi hasil swab pcr keluar dengan hasil positif. Tidak ada gejala batuk, pilek, sesak napas dan demam. Nafsu makan juga sudah membaik. Kami coba upayakan untuk dapat dirawat di salah satu rumah sakit rujukan, tapi ruang isolasi penuh, sehingga diupayakan untuk dapat isolasi secara mandiri di rumah karena gejala ringan. Dari keterangan beberapa dokter sperti itu.
- 20 Desember 2020 siang keadaan semakin membaik, nafsu makan terus baik. Ayah kami tempatkan di lantai kamar lantai 2 dan tidak boleh ada orang yang naik ke atas selain aku dan ibu dengan menjaga jarak dan protokol kesehatan ketat. Malam hari, ayah mulai lemas lagi dan tidak mau makan.
- 21 Desember 2020, masuk IGD RS rujukan covid19 untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Setelah dilakukan Photo Thorax dapat diketahui bahwa terdapat infeksi virus pada paru paru, atau disebut pneumonia. Karena ayah ada komorbid hipertensi, pernah serangan jantung dan stroke, ayah disarankan untuk rawat inap di ruang isolasi rumah sakit.
- 22 dan 23 Desember 2020 dilakukan SWAB PCR kepada ayah di Rumah Sakit dan hasilnya masih positif. Aku dan ibu diminta untuk melakukan SWAB PCR di puskesmas terdekat. Kami diminta SWAB karena kontak langsung dengan ayah. Layanan ini gratis dari pemerintah, tapi kami harus menunggu 2 minggu untuk mendapat hasil dari PCR tersebut.
- 25 Desember 2020 dilakukan SWAB PCR kepada ayah.
- 27 Desember 2020 hasil swab PCR ayah sudah keluar dan hasil negatif, ayah diperbolehkan pulang.
- 5 Januari 2021 hasil swab PCRku dan ibu keluar. Aku mendapat 2x hasil negatif, sedangkan ibu dengan hasil positif-negatif dan disarankan untuk isolasi mandiri terlebih dahulu.
- 6 Januari 2021 ibu diminta untuk SWAB PCR lagi di puskesmas dan harus menjalankan isolasi mandiri di rumah.
- 20 Januari 2021 hasil SWAB ibu keluar dan hasilnya negatif.
Karena kontak langsung dengan ayah dan ibu, sejak 6 Desember 2020 aku diwajibkan untuk bekerja dari rumah oleh kantorku dan baru boleh masuk kantor setelah melakukan SWAB PCR. 15 Januari 2021 aku melakukan SWAB PCR dan hasilnya negatif.
Posting Komentar untuk "Pengalaman Keluarga Terpapar Virus Corona"