Menikah di Tanggal Cantik
Menikah di Tanggal Cantik - "Salah satu kenikmatan hidup manusia di dunia ini ialah bahwa di samping pria (laki-laki), Allah menciptakan pula wanita (perempuan), dan antara keduanya selalu ada perasaan tarik-menarik, lalu dari perasaan tarik-menarik ini timbul rasa cinta-mencintai. Dan dari perasaan cinta-mencintai ini, terciptalah hidup bahagia. Alangkah sepinya kehidupan di dunia ini, bila tidak ada rasa cinta-mencintai ini". Bey Arifin pada buku Hidup Sesudah Mati, halaman 174, tahun 1987.
Sampai saat ini aku masih takjub dengan segala rencana yang diberikan Allah untuk ku. Terutama rencana saat aku bertemu dengan wanitaku, Karimatus Sholihah, yang akrab disapa Lily. Begitu terasa bahwa ini semua adalah rencana Allah.
Kami dipertemukan di sebuah klinik dermatology terkenal di Jember sebagai karyawan. Tak butuh waktu lama untuk membuatku jatuh hati padanya. Terlebih kami bekerja di satu ruangan yang sama dan setiap hari pasti bertemu.
Entah dari mana awal aku mulai tetarik padanya. Entahlah. Tapi kalau aku bilang tiba-tiba rasa itu ada, percayalah saat itu aku sedang membual. Lily adalah sesosok wanita idaman banyak pria, aku beruntung mendapatkannya. Dia cantik, pintar, supel, mandiri dan mudah bergaul. Oh ya, dia juga seorang yang taat beragama dan pintar mengaji. Kurang apa lagi?
Qodarullah, banyak sekali tanda-tanda campur tangan Allah dalam kisah cinta kami berdua. Salah satu cerita menarik dan sampai saat ini selalu ku ingat adalah ketika aku harus mengantar sepedah motor untuk adikku di Surabaya. Dari pada dikirim melalui jasa pengiriman barang, aku lebih memilih untuk mengantarnya langsung sekalian jalan-jalan ke Surabaya pikirku.
Rencana dan jadwal sudah ku buat jauh-jauh hari untuk perjalanan dari Jember menuju Surabaya. Mental dan fisik aku persiapkan agar tidak terjadi masalah saat perjalanan, meski ini bukanlah perjalanan pertamaku ke Surabaya mengendarai sepedah motor. Namun, dua hari sebelum perjalananku ke Surabaya aku mendapat kabar dari Lily kalau dia harus ke Surabaya untuk mengikuti tes masuk sebagai karyawan sebuah instansi pemerintah. Dan dia akan ke Surabaya dengan bus bersama sahabatnya.
Hari tes Lily di Surabaya bertepatan dengan hari aku berangkat ke Surabaya. Aku girang, aku pun mengajak Lily untuk naik bus bersama-sama saat pulang dari Surabaya ke Jember karena sepedah motor yang ku kendarai aku tinggal di kosan adik. Lily naik bus dari Jember ke Surabaya pukul 12.00 dan aku berangkat agak siang sedikit, pukul 04.00 mengendarai sepedah motor.
Namun nahas, rencana yang aku rencanakan tak semulus yang aku kira. Kabel rem depan motor yang aku bawa putus. Aku mengendarainya pelan sampai aku menemukan bengkel di daerah Leces.
Setelah perbaikan kabel rem selesai, aku melanjutkan perjalananku ke Surabaya dengan tenang. Namun, sampai di Porong, Sidoarjo, ada razia Polisi. Merasa tidak melanggar apapun dan surat-surat lengkap ku bawa, dengan tenang aku pun berhenti dan mengikuti prosedur yang ada.
"Selamat pagi, mas kami tilang. Mas tau kesalahannya?", ujar Pak Polisi yang sedang bertugas saat itu.
"Waduh ada apa pak? apakah saya salah membawa STNK lagi?", tanyaku.
"Tidak mas, surat-surat yang mas bawa sudah lengkap. Tapi lampu depan kendaraan mas mati. Sesuai dengan peraturan yang baru bahwa lampu depan kendaraan roda dua harus hidup di siang dan malam hari", kata Pak Polisi.
"Waduh pak saya gak tau, saya perjalanan dari Jember ke Surabaya dari tadi subuh, harusnya lampu motor saya masih hidup", sanggahku.
"Tapi mas lampu motor mas terbukti mati dan mas harus kami tilang. Untuk sementara STNK mas kami sita dan bisa mas ambil saat persidangan di Pengadilan Negeri Sidoarjo", kata Pak Polisi tanpa ampun.
Dengan pasrah aku merelakan STNKku di sita oleh Polisi tersebut dan melanjutkan perjalanan menuju Surabaya bersama selembar kertas tilang. Pada kertas tilang tersebut tertulis bahwa sidang akan berlangsung 2 minggu dari hari aku di tilang. Yang artinya, aku harus kembali ke Surabaya untuk mengikuti sidangku. Sidang tilang pertamaku seumur hidup.
Sesampai di kosan adik aku langsung tidur dan malas untuk keluar jalan-jalan. Udara di Surabaya saat itu sangat panas ditambah aku letih sekali setelah perjalanan jauh dari Jember. Di sela istirahatku, aku selalu chat dengan Lily menunggu kabar kapan dia selesai ujian dan pulang ke Jember. Setelah ujian, Lily mengabariku dan kami saling berjanji akan bertemu di Terminal Bungurasih. Kami pun pulang bersama.
Sepuluh hari setelah kejadian tersebut, Lily dapat kabar bahwa dia lulus ujian tahap pertama. Dia juga mengatakan bahwa akan ada ujian tahap kedua yang diadakan empat hari lagi dan ujian tersebut dilaksanakan dalam waktu 2 hari. Dia pun bingung harus menginap dimana dan dengan siapa, karena dia takut kalau berangkat sendiri.
Aku menawarkan untuk mengantarkan Lily ke Surabaya dan menawarkan untuk menginap di rumah spupuku di Surabaya. Dia setuju dan kami segera merencanakan keberangkatan kami ke Surabaya.
Di Surabaya kami meminjam sepedah motor spupuku untuk menuju tempat Lily ujian tahap 2. Selama Lily ujian aku menunggu di depan kelas tempat dia ujian bersama beberapa orang tua yang mengantar anaknya ujian. Diluar dugaan kami, ujian di hari pertama membuat kami menunggu sampai malam untuk menunggu apakah Lily lulus dan mengikuti ujian hari berikutnya. Lily lulus.
Di hari ke-2, sementara Lily mengerjakan ujian aku pergi ke Sidoarjo untuk mengikuti sidang untuk mengambil STNKku. Setelah itu aku langsung bergegas menuju tempat ujian. Sesampai disana ternyata Lily sudah selesai dan dengan sabar menungguku. Karena hari masih pagi, kami sepakat untuk pergi jalan-jalan. Kami memilih untuk menyebrangi Jembatan Suramadu dan menuju sebuah kedai bebek terkenal di Madura. Kami menikmati perjalanan kami berdua tersebut dalam dua hari.
Sempat aku Sholat Istikharoh meminta pentunjuk-Nya, "Ya Allah jika memang Karimatus Sholihah baik untukku, izinkan aku bisa menikah dengannya dan berilah petunjukmu, biarkanlah kami mengenakan baju dengan warna yang sama besok".
Atas izin dan kehendak Allah, besoknya kami mengenakan baju yang sama saat dikantor. Aku pun membernikan diri untuk menyatakan perasaanku kepadanya. Namun rencanaku tak semulus dan tak semudah dugaanku.
"Sebenarnya aku sayang kamu, maukah kamu jadi pacarku?", aku memintanya saat kami sedang piknik di pulau sebrang.
"Maaf aku gak bisa menerimamu, aku gak bisa jadi pacarmu. Tapi bukan berarti hari ini aku menolakmu. Ada suatu perasaan ku ke kamu tapi aku gak tau itu apa. Yang jelas ada rasa percaya ke kamu. Kalo aku menolakmu, aku takut ternyata kamu adalah jodoh yang disiapkan oleh Allah untukku. Lagi pula, diumurku sekarang aku sudah gak mau lagi pacaran", jawab Lily saat itu.
"Jadi aku gimana? Aku ditolak nih?", desakku.
"Aku kan sudah bilang tadi, aku gak berani menolak kamu. Tapi kalau jadi pacar aku menolakmu", jawab Lily tenang.
"Kalau begitu ayo kita menikah, aku sayang kamu", pintaku kepada Lily.
"Untuk yang satu ini aku gak bisa jawab sekarang. Karena memang tak mudah untuk menjawab itu. Aku harus bertanya Umi dulu. Menikah gak cuma modal sayang aja, harus ada perasaan lebih dari itu yang harus dipupuk. Lagi pula kita masih satu kantor lho, kita ga boleh menikah kalau masih satu kantor", jawab Lily masih dengan tenangnya.
Sejak saat itu hubungan kami terus dekat dan kami membuat komitmen akan menikah saat aku sudah mendapat kerja di tempat lain, di tempat yang lebih baik. Aku pun terus berusaha mencari kerja di tempat baru. Hingga akhirnya aku bekerja di Otoritas Jasa Keuangan Jember sebagai Tenaga Honorer Outsourcing Teknisi (THOS Teknisi), aku memberanikan diri untuk memintanya menikah.
"Neng sekarang kita sudah bekerja di kantor yang berbeda, jadi maukah kamu menikah denganku", aku bertanya padanya di sela obrolan kami pada messanger.
"Coba kamu tanyakan langsung sama Umi, aku mau menikah sama kamu. Tapi kalau Umi gak setuju aku bisa apa?", jawab Lily.
Tanpa pikir panjang aku langsung datang ke rumah Lily dan menemui Umi. Kebetulan saat itu dirumah hanya ada Umi. Lily sedang bekerja dan Kakak laki-laki Lily sedang berada di luar kota.
"Umi sebenarnya saya suka sama Lily dan ingin menjadikan Lily istri saya, apa Umi tidak keberatan?", tanpa basa-basi aku bertanya langsung pada Umi.
Terlihat kaget Umi pun menjawab, "Sebenarnya saya gak menduga kalau Mas Adit suka sama Lily. Saya pikir Mas Adit sudah menganggap Lily sebagai adik sendiri. Tapi kalau seperti itu keinginan Mas Adit, saya akan merestui. Tapi restu saya bergantung pada Lily. Kalau Lily setuju, ya saya akan merestui kalian berdua menikah".
Dengan perasaan bahagia, aku pun pulang dan menceritakan apa yang sudah aku lalui kepada kedua orang tuaku. Tapi aku malah diomeli Ayah, "Bukan begitu cara melamar seorang gadis. Kamu harus bawa keluarga dan dipersiapkan secara matang".
Akhirnya sebelum Ramadhan 1437 H (2016 M) aku bersama keluargaku ke rumah Lily untuk melamar Lily secara resmi. Hingga akhirnya kami semua sepakat bahwa Aku dan Lily akan menikah pada 17 September 2017.
Menikah di tanggal cantik ternyata tak semudah pikiranku. Sulit sekali. Karena ternyata banyak orang yang menginginkan menikah di tanggal tersebut. Mulai dari venue, catering, photographer sampai dengan penghulu. Padahal semua itu sudah kami siapkan sejak setahun lalu tapi tidak mudah untuk menentukan vendor yang tepat dan sedang kosong di tanggal tersebut.
Alhamdulillah kami semua bisa terus mempersiapkan segalanya dengan bantuan teman dan saudara. Hingga...
Hari ini adalah waktuku
Saat aku memintamu menjadi temanku
Teman seumur hidupku
Hidup sebagai ratu
Ratu dalam Kerajaan Berlumutku
Berdua kita saling mendoakan
Mendoakan untuk dipersatukan
Tak mudah jalan kita untuk menuju pelaminan
Terlalu banyak godaan setan
Dulkemo dan Dulkiyem
Panggilan saat kita saling berantem
Hubungan kita jarang bisa ayem
Semoga kedepan bisa jadi bekal hidup tentrem
Dengan berantem aku jadi tau siapa kamu
Kamu juga jadi tau siapa aku
Dengan begitu
Hidup tentrem bukan hanya jadi angin lalu
Dulkiyem,
Saat nanti kamu jadi istriku
Ingatlah lagu yang paling sering kita dengar dulu
Lagu oleh Bang Tulus
Jangan cintai aku apa adanya
Tuntutlah sesuatu
Biar kita jalan kedepan
Aku ingin jadi jagoanmu
Ndul...
Mulai hari ini mari kita ubah doa
Tak lagi hanya soal cinta
Tapi sakinah mawahdah wa rohmah menggapai surga
Menyempurnakan separuh agama
Aku tak pernah bisa menjanjikanmu harta
Aku pun tak bisa menjanjikanmu selalu bahagia
Bagiku kamulah harta dan bahagia
Aku ingin, kepadaku kamu merasakan yang sama
Dengan restu keluarga
Kita akan membangun sebuah keluarga
Keluarga sederhana dan bahagia
Bersama anak-anak kita
Jember, 17 September 2017
Adit dan Lily
ehm ehm, yg pengantin baru :D Tapi memang mas kl semuanya sdh rencana Allah, manusia udah tak kuasa menolak, barakallahu, selamat pacaran setelah menikah, lbh indah :)
BalasHapusBtw sekalian jawab pertanyaan di blog post ku, Ungaran itu bener, nama suatu daerah, tepatnya ibu kota kab Semarang, dan dijadikan nama gunung juga, krn memang berada di daerah Ungaran, hehe
Hehehehe... terimakasih Mbak Prita..
HapusSelamat ya Mas Adit dan Mbak Lily, menikah di tanggal cantik. Semoga berbahagia dan menjadi keluarga sakina, mawahdah wa rohmah. Punya momongan yang shalih, shalihah dan pintar serta berbakti pada orang tua. Semoga rezekinya selalu lancar dan penuh berkah.
BalasHapus