Pasar Tanjung dan Kesemrawutan Jalan Dr. Wahidin Jember
Pasar Tanjung Jember - Tugas kedua preclass Kelas Menulis Creativa adalah menulis tentang Pasar Tanjung. Kami calon peserta Kelas Menulis Creativa diwajibkan untuk datang ke Pasar Tanjung untuk mengamati sesuatu yang menarik disana dan mendokumentasikannya lalu menuliskan hal tersebut dengan aturan yang sama pada tugas pertama.
Deadline yang diberikan tidak seketat tugas pertama. Tugas diberikan hari Kamis, 6 April 2017, pukul 19.30 dan harus dikumpulkan pada hari Sabtu, 8 April 2017, pukul 15.00. Sangat mudah, namun untuk seorang karyawan sekelas kacung seperti saya hal itu sangat sulit. Bahkan hari sabtu yang seharusnya libur, saya harus lembur pada hari itu. Akhirnya saat sampai dirumah pukul 14.00 di hari sabtu, saya memaksakan diri untuk menulis tentang Pasar Tanjung. Fotonya? Saya ambil screenshoot letak Pasar Tanjung di Googlemap. Saya menuliskan,
Jember adalah sebuah Kabupaten di Jawa Timur. Seperti kota atau kabupaten pada umumnya, Jember juga memiliki banyak pasar. Seperti Pasar Sabtuan, Pasar Pelita, Pasar Kepatihan dan masih banyak lagi. Jember juga memiliki pasar induk yaitu Pasar Tanjung.
Pedagang di Pasar Tanjung memiliki latar belakang yang berbeda. Mereka berasal dari penjuru daerah di Jember bahkan ada juga yang dari luar kota. Para pedagang mulai ramai berdagang di Pasar Tanjung sejak pukul 1.00.
Pedagang disana tidak hanya berjualan kebutuhan sembako tapi juga menjual keperluan baju, kain, sepatu bahkan sampai emas (perhiasan). Pasar Tanjung terletak di jantung Kota Jember. Pasar Tanjung tergolong unik karena terletak diapit oleh 4 jalan besar di Jember yaitu Jalan Trunojoyo, Jalan Samanhudi, Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Untung Suropati.
Dari keempat jalan tersebut hanya Jalan Untung Suropati yang dijadikan dua arus, jalan yang lainnya, Jalan Trunojoyo, Jalan Samanhudi dan Jalan Dr. Wahidin merupakan jalan satu arus.
Saat sore hari di Pasar Tanjung pasti ada pasar sore yang terletak di Jalan Dr. Wahidin. Dan disinilah kesemrawutan jalan di Pasar Tanjung terjadi.
Badang Jalan Dr Wahidin menyempit karena terdapat banyak penjual yang berjualan pada sepanjang Jalan Dr. Wahidin. Meskipun menyempit tapi sebenarnya jalan tersebut masih bisa dilalui oleh kendaraan mengingat jalan tersebut adalah jalan satu arah. Namun banyak sekali pengendara calon pembeli yang tidak menaati peraturan tersebut. Mereka seenaknya saja melanggar peraturan yang sudah ada dengan melanggar arus lalu lintas.
Sebenarnya jika dari Jalan Untung Suropati, kita tidak boleh belok menuju jalan Dr Wahidin. Kita bisa memutar arah atau parkir disekitar sana kemudian jalan menuju Pasar Sore.
Pengendara yang melanggar arus tersebut malah membuat arus Jalan Dr Wahidin macet dan terganggu. Kesadaran masyarakat agar mematuhi peraturan lalu lintas sangatlah rendah. Mereka tak sadar jika yang dilakukan tersebut malah mengganggu pengendara lain.
Deadline yang diberikan tidak seketat tugas pertama. Tugas diberikan hari Kamis, 6 April 2017, pukul 19.30 dan harus dikumpulkan pada hari Sabtu, 8 April 2017, pukul 15.00. Sangat mudah, namun untuk seorang karyawan sekelas kacung seperti saya hal itu sangat sulit. Bahkan hari sabtu yang seharusnya libur, saya harus lembur pada hari itu. Akhirnya saat sampai dirumah pukul 14.00 di hari sabtu, saya memaksakan diri untuk menulis tentang Pasar Tanjung. Fotonya? Saya ambil screenshoot letak Pasar Tanjung di Googlemap. Saya menuliskan,
sumber gambar: nandaerzhiavica.blogspot.co.id |
Pedagang di Pasar Tanjung memiliki latar belakang yang berbeda. Mereka berasal dari penjuru daerah di Jember bahkan ada juga yang dari luar kota. Para pedagang mulai ramai berdagang di Pasar Tanjung sejak pukul 1.00.
Pedagang disana tidak hanya berjualan kebutuhan sembako tapi juga menjual keperluan baju, kain, sepatu bahkan sampai emas (perhiasan). Pasar Tanjung terletak di jantung Kota Jember. Pasar Tanjung tergolong unik karena terletak diapit oleh 4 jalan besar di Jember yaitu Jalan Trunojoyo, Jalan Samanhudi, Jalan Dr. Wahidin dan Jalan Untung Suropati.
Dari keempat jalan tersebut hanya Jalan Untung Suropati yang dijadikan dua arus, jalan yang lainnya, Jalan Trunojoyo, Jalan Samanhudi dan Jalan Dr. Wahidin merupakan jalan satu arus.
Saat sore hari di Pasar Tanjung pasti ada pasar sore yang terletak di Jalan Dr. Wahidin. Dan disinilah kesemrawutan jalan di Pasar Tanjung terjadi.
Badang Jalan Dr Wahidin menyempit karena terdapat banyak penjual yang berjualan pada sepanjang Jalan Dr. Wahidin. Meskipun menyempit tapi sebenarnya jalan tersebut masih bisa dilalui oleh kendaraan mengingat jalan tersebut adalah jalan satu arah. Namun banyak sekali pengendara calon pembeli yang tidak menaati peraturan tersebut. Mereka seenaknya saja melanggar peraturan yang sudah ada dengan melanggar arus lalu lintas.
Sebenarnya jika dari Jalan Untung Suropati, kita tidak boleh belok menuju jalan Dr Wahidin. Kita bisa memutar arah atau parkir disekitar sana kemudian jalan menuju Pasar Sore.
Pengendara yang melanggar arus tersebut malah membuat arus Jalan Dr Wahidin macet dan terganggu. Kesadaran masyarakat agar mematuhi peraturan lalu lintas sangatlah rendah. Mereka tak sadar jika yang dilakukan tersebut malah mengganggu pengendara lain.
Dibangun tahun berapa itu pak?
BalasHapusPas zaman penjajahan Belanda pak
Hapus