The Balinice - Empat Hari Tiga Malam Penuh Warna: Merajut Bayang Jadi Nyata
Jika manusia terjebak pada masa lalu, seperti kebodohan Ikarus misalnya, maka sampai kini tak kan ada penerbang |
Mencoba memenangkan diri aku menelpon Vina, "Halo Vin, spupuku nggak bisa ikut. Tetiba gak boleh ikut sama orang tuanya". Ditelpon Vina hanya menjawab "Dibicarakan nanti ya mas di rumah Mbak Lily, aku kesana sebentar lagi".
Sesampai dirumah Lily, Vina menyarankan menggunakan bus saja. "Sampai terminal dan ke tempat-tempat wisatanya gimana Vin?" tanyaku pada Vina.
"Hmmm... Gampang mas. Mas Adit, Mbak Ratih, sama Pacar Mbak Ratih tetep naik motor. Aku sama Mbak Lily naik bus malam ini. Nanti ketemu di Denpasar aku ada temen buat nganter aku jalan-jalan kemana-mana," jawab Vina santai.
Aku menyetujui saran Vina itu. Namun Lily tampaknya kurang setuju dengan ide tersebut. "Errrrr... Naik bus!? Aku gak mau ah kalau naik bus, aku nanti mabuk darat Vin."
"Yah Mbak... kan naik busnya cuma 7 jam, sedangkan kita nanti bersenang-senang di Bali berjam-jam loh! Ayo Mbak Lily semangat... Bayangkan kesenangan yang kita dapat nanti," ujar Vina.
"Tapi Vin..." sanggah Lily.
"Kalau perjalanannya siang sih aku berani sendiri Mbak, aku cuma butuh temen perjalanan malam ini aja Mbak, nanti saat pulang Mbak Lily nggak perlu naik bus, bisa naik motor sama Mas Adit," lanjut Vina dan Lily pun menyetujuinya.
"Tapi aku khawatir kalau kalian naik bus cuma berdua saja. Bukan perkara nanti Lily bakal mabuk darat atau gimana, tapi perjalanan malam diatas bus pasti banyak copet dan lain-lain loh! Apa kalian berani?" tanyaku pada Lily dan Vina.
"Tenang Mas, kalau masalah itu aku bisa mengatasi. Aku cuma takut mabuk darat. Udah itu aja," kata Lily tegas.
Akhirnya kami membulatkan tekat untuk berangkat ke Bali dengan skenario Vina dan Lily naik bus, sedangkan aku, Ratih, dan pacar Ratih naik motor. Kami akan bertemu di tempat kost teman Vina di dekat Simpang Enam, Denpasar. Kami pun segera mencari informasi jadwal keberangkatan bus dari Jember ke Bali. Ternyata jadwal terdekat adalah keberangkatan pukul 22.00 dan selanjutnya pada pukul 03.00. Lily dan Vina memilih untuk ikut bus yang berangkat pada pukul 22.00 tersebut, sedangkan saat itu jam sudah menunjukkan pukul 21.00.
Untungnya Lily dan Vina sudah mengepak segala keperluan yang akan dibawa ke Bali. Setelah mengetahui info tersebut, kami langsung kembali ke rumah Lily dan berpamitan pada Umi. Lily dan Vina kembali ke Tawang Alun yang kemudian naik bus ke Bali sedangkan aku pulang ke rumah menunggu jam keberangkatan.
Penyebrangan dari Ketapang menuju Gilimanuk |
Bukannya tertidur nyenyak, aku malah susah tidur. Aku kepikiran Lily dan Vina, aku khawatir terjadi apa-apa pada mereka. Aku terus sms Lily, meskipun aku sadar betul ketika Lily mengirim atau menerima smsku malah membahayakan Lily karena HPnya terlihat oleh orang lain. Ah mungkin aku terlalu lebay. Tapi nasib orang siapa tau?
Sampai akhirnya jam dinding sudah menunjukkan pukul 02:30 dan Lily sudah tidak mengirimiku sms lagi. Aku mulai menyiapkan barang bawaanku ke dekat motor dan memanasi mesin motorku sembari menunggu kabar dari ratih. Tepat pukul tiga, Ratih menelponku dan mengabarkan bahwa dia sudah berada di tempat kami bertemu.
Berangkat dari Jember puku 03:00, kami sampai Ketapang pukul 05:20. Sebelum masuk ke pelabuhan aku sengaja mengisi motorku dengan pertamax sebanyak Rp 30.000. Antri panjang hanya pada pintu masuk mobil, sedangkan pintu masuk motor hanya motorku dan motor Pacar Ratih. Sehingga kami masuk kapal untuk menyebrang ke Gilimanuk tanpa antri terlebih dahulu.
Diatas kapal aku segera menelpon Lily, menanyakan kabar perjalanannya dengan Vina. Ternyata mereka sudah sampai Negara dengan selamat, syukurlah! Pukul 07:00 aku, Ratih dan Dedi (Pacar Ratih) merapat ke pelabuhan Gilimanuk.
Sampai di perbatasan Negara, Lily mengabariku bahwa dia dan Vina sudah sampai terminal Mengwi dan sedang menuju denpasar di kosan teman Vina. Aku semakin tenangn memacu motorku menuju Denpasar.
Sesampai Denpasar pukul 11.00 aku kembali mengisi tangki motorku dengan pertamax Rp 30.000. Aku menelpon Lily untuk menanyakan posisi kos teman Vina dimana. Dia menyebutkan satu alamat. Kami langsung meluncur kesana dengan bantuan google map.
Masalah timbul setelah kami semua berkumpul di kos teman Vina. Pertanyaan besar timbul, kami mau menginap dimana? Vina sudah pasti menginap di kos temannya itu, sedangkan aku, Lily, Ratih, dan Dedi kemana? Pasti ke hotel, tapi hotel yang mana?
Argh BODOH!!!! Kenapa tidak dipersiapkan dari jauh hari sebelumnya soal informasi hotel di Denpasar!? Kemana kami akan menyandarkan punggung kami untuk beristirahat? Akankah aku dan teman-temanku tidur dipinggir pantai seperti kisahku, Liburan Gila Ala Insinyur Pikun (2013) : Bali, yang lalu?
Bersambung...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswuih wekekekek, ditunggu postingan selanjutnya.. apa kalian ngedeprak, nginep di musholla terdekat XD
BalasHapusOhya, dengan berbangga hati gue ngasih tantangan Liebster Award nih. hihi semoga berkenan yaaa ;D http://lebailabiel.blogspot.com/2015/01/first-liebster-award.html
Baliiii :D Ngebaca ini jadi pengen ke Bali deh rasanya.
BalasHapusAnyway, salam kenal dan izin follow yaaa