Kebanggaan Semu
Upacara Wisudaku |
Apa Arti Kebanggaan Buat Elo?Itulah pertanyaan yang muncul menggunakan tanda tanya super besar pada trailer itu, yang juga menjadi tema lomba kali ini. Apaan ya jawabannya? Boleh nyontek gak? Tapi mau nyontek kemana? Sama siapa? Sebenarnya ini adalah pertanyaan yang sulit sekali aku jawab. Sering sekali aku menemukan pertanyaan seperti ini waktu aku diundang untuk wawancara kerja pada suatu perusahaan (yang sampai sekarang gak ada juntrungannya, aku masih nganggur). Pertanyaan-pertanyaan seputar perkuliahan, keteknikan, matematika, atau fisika, meskipun sulit aku masih bisa dengan santai menghadapinya. Tapi untuk pertanyaan yang satu ini selalu bisa membuatku berkeringat dingin, kejang-kejang, mata melotot, mulut berbusa, dan lidah kaku (Hiperbola amat yak?). Kenapa bisa seperti itu?
Sebelum aku jelaskan kenapa alasannya, sebaiknya kita cari-cari dulu apa arti kebanggaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut si KBBI nih, bangga adalah berbesar hati. Dan kebanggaan adalah rasa/perasaan untuk berbesar hati. Lalu kalau menurutku artinya apa? Tik tok tik tok tik tok... (aduh Om Jam Dinding jangan munter mulu ngapa, istirahat berhenti berputar barang sejam atau dua jam kek, udah mau DL nih). Aduh nyerah deh ah. Sebernarnya aku selalu gak bisa menjawab satu pertanyaan ini karena aku sendiri merasa gak pernah menjadi kebanggaan seseorang atau membanggakan orang lain. Meskipun pada trailer ini ada seorang laki-laki yang mengatakan "Melelahkan sekali kalau kita terus memikirkan pengakuan dari orang lain". Dan laki-laki itu benar bahwa kepuasan itu berasal dari diri kita, bukan dari orang lain.
Mungkin dari sini aku menemukan jawaban dari pertanyaan diatas. Kalau menurut laki-laki pada trailer ini menganggap gak penting, tapi buatku penting. Pengakuan dan kepuasan orang lain. Orang lain yang ku maksud bukan orang yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Orang lain yang kumaksud bukan orang-orang yang berlalu-lalalng di sekitarku, di dunia nyata ataupun dunia maya. Orang lain yang kumaksud bukan orang lain dalam artian yang sesungguhnya. Orang lain yang kumaksud adalah orang tuaku. Kebanggaan buatku adalah kebanggaan orang tuaku. Tapi apa? Aku gak pernah memberikan sebuah kebanggaan yang berarti, kebanggaan yang sesungguhnya, kebanggaan puncak yang haqiqi.
Meskipun dulu waktu SD aku berhasil menempati ranking raport pada 5 besar, memenangkan lomba PMR Juara ke-2 Tingkat Kabupaten, memenangkan lomba matematika Juara ke-2 se Kelurahan, dan banyak kegiatan lomba-lomba lain yang aku ikuti yang gak sampai mengasilkan juara. Tapi sejak SMP prestasiku menurun. Aku terjatuh kelembah candu yang lebih jahat dari rokok bahkan narkoba sekalipun. Multiplayer Game yang saat itu tahun 2000an sedang populer. Kontan kegiatanku lebih sering bermain game. Bahkan minatku terhadap mata pelajaran hanya mengkerucut pada pelajaran Matematika, Fisika, dan Sejarah saja. Sisanya aku gak peduli. Sehingga peringkat kelasku merosot drastis. Di SMA aku sudah tobat dari yang namanya Multiplayer Game, tapi malah bergeser ke Game Online yang lebih kejam.
Selama SMP dan SMA bukannya membuat orang tua bangga akan prestasiku, aku malah menghambur-hamburkan uang orang tuaku. Orang tuaku sendiri bukanlah seorang kaya, tapi aku sering sekali menggunakan uang sekolah untuk bermain game. Gak peduli itu uang untuk membeli buku atau SPP, yang penting sikat buat maen game dah... Sampai kuliah pun tingkahku masih saja seperti itu. Meskipun berhasil berhenti selama 1 tahun. Tapi karena ada permasalahan pelik di kampus sekaligus di rumah, aku kembali terjerumus di lembah abu-abu ini. Bahkan sempat suatu kali aku menipu kedua orang tuaku. Berpura-pura mengikuti sebuah lomba robotika di Jakarta, padahal aku kesana untuk mengambil suatu barang yang kurang penting dan ini berkaitan dengan Game Online (Baca: Main di Bekasi Seminggu Dengan Modal Rp 400ribu (2009)).
Seperti yang udah aku coretin pada Seorang Bintang Yang Nyata, orang tuaku selalu membanggakan anak-anaknya pada semua orang. Karena prinsip mereka adalah mereka bukan orang kaya, bukan orang yang berharta, tidak ada hal lain yang bisa mereka banggakan selain otak yang anak-anak mereka miliki, prestasi anak-anak mereka. Sepulang dari Bekasi itu pun, aku diceritakan ke teman-teman orang tuaku bahwa aku sudah mengikuti sebuah lomba robotika meskipun gak menang. Mereka bangga padaku, meskipun kebanggaan yang kuberikan adalah kebanggaan semu.
Wisudaku Ditemani Keluargaku |
Setelah wisuda tahap kehidupanku selanjutnya adalah mencari kerja. Meskipun aku sudah 5x dipanggil untuk wawancara kerja, dan belum lagi dipanggil untuk bekerja sesungguhnya, tapi orang tuaku sudah bangga padaku sampai titik ini. Mereka sering sekali menceritakan betapa bangganya mereka padaku yang sudah beberapa kali dipanggil wawancara kerja. Padahal menurutku ini adalah kebanggaan yang tidak perlu, hanya kebanggaan semu. Harusnya nanti saja waktu aku sudah bekerja beneran. Tapi aku juga gak mau mematikan kebanggaan orang tuaku itu.
Jadi kalau sekali lagi aku ditanyai "Apa arti kebanggaan buatmu?", aku akan mantap menjawab kebanggaan orang tuaku padaku adalah tolak ukur kebanggaanku. Tapi yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apa yang sebenarnya menjadi kebanggaan orang tuaku padaku? Aku kerja dengan layak lalu sukses dimanapun aku berada meskipun aku jauh dari mereka atau aku kerja dengan tidak layak lalu sukses dan selalu bisa berada di sisi mereka? Meskipun mereka selalu berpesan, mereka tak peduli aku bekerja dimana yang penting aku sukses. Tapi apa ini benar-benar kata hati orang tuaku? Ntah lah... kalau sudah seperti ini aku hanya bisa menyerahkan pada Sang Khalik dan waktu untuk membantu menjawabnya. Dan kali ini aku gak mau salah langkah lagi dan memberikan mereka kebanggaan semu lagi. Ada sebuah iklan yang menginspirasiku tentang kebanggaan orang tua. Iklan diaper untuk manula (yang anehnya mirip dengan iklan sebuah perusahaan-minyak-ternama di dunia untuk Tahun Baru Cina). Bukannya mau promosi, aku pun tak dapat apa-apa dari ini, tapi pesan yang aku dapat dari iklan ini sangat jelas. Kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang. Sesukses apapun kita, sebangga apapun orang tua kita akan penghasilan dan pekerjaan kita, tapi jika kita jarang sekali mengunjungi mereka maka kebanggaan itu hanya akan menjadi kebanggaan semu yang tak memiliki arti apa-apa.
Eh kok artikel ini malah jadi semacam ajang curhat ya? Tapi tak apa lah, yang penting gak keluar dari tema yang sudah disyaratkan. Bukang berarti aku sombong atau aku bangga akan cerita bodohku dimasa lalu ini. Tapi aku juga gak malu dengan apa adanya diriku. "Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Artikel CineUs Book Trailer Bersama Smartfren dan Noura Books". Eh iya sponsor lomba ini bukan sponsor yang gak aku kenal loh. Malah aku sudah kenal sejak akhir 2009, sebelum merger dengan perusahaan lain. Sebenarnya sponsonya adalah temanku sendiri, yang selalu menemaniku menulis di blog ini. Ya meskipun 3 bulan ini sering aku maki-maki karena penurunan FUP yang amat drastis, tapi sudah berhasil aku akali sebenarnya. Ya dialah si Teman Pintar a.k.a. SMARTFREN.
bangga banget ya wisuda :) .
BalasHapusHehehehe... masih sebuah kebanggan kecil yang bisa aku persembahkan untuk keluargaku...
Hapuskebanggaan mank g akan bisa diukur dengan uang...sebesar apapun...kesuksesan yang ingin kita berikan pada orang tua...semuanya g akan pernah diukur dengan uang, jabatan yang mentereng, atau gaji yang besar...semuanya akan jadi semu klo qt cm ngejar itu...jd orang yang berguna buat sesama...membahagiakan sesama....membahagiakan diri sendiri dit...dan orang tua akan sangat bangga...bukan kebanggaan semu lagi, tp benar2 bangga... #edisi aq sing curhat)
BalasHapusAlhamdulillah... aku seneng karo komentmu ber...mantap...
HapusAku bangga punya temen-temenku yang sekarang ini...
Semoga selalu membanggakan ortu yah
BalasHapusSalam kenal
Aamiiin...
HapusAlhamdulillah do'a yang bagus...
Kalau selalu... itu sulit heheheheh... tapi akan ku usahakan...
Makasih do'anya...
Salam kenal juga...
selamat ya mas udah wisuda, :)
BalasHapusaku ntar nyusul deh :P
artikelnya bagus, semoga menang yaa :)
Makasih... semoga cepet nyusul juga... biar gak telat sepertiku lulusnya hahahaha...
HapusSekali lagi makasih ya atas do'anya, artikel-artikel Mbak Novita Sari juga bagus-bagus kok :D
aamiin :)
Hapusah, aku mah pendatang baru mas, blog aja baru belajar, yah masih ecek-ecek :P
Aha... justru pendatang baru itu ide tulisannya masih fresh... kita sama-sama belajar aja...
Hapussemangat cari kerjanya, semoga dapet apa yng diinginkan
BalasHapusdengan begitu bukan hanya menjadi kebanggaan semu lagi, tp menjadi sebuah kebanggaan yang patut untuk dibanggakan :)
Thankyu thankyu... kapan-kapan tak numpang nginep di Malang lagi.
Hapusoyiii oyiii...
Hapuslek numpang nginep maneh nggowo panganan seh akeh yo...
wkwkwk
Jenenge wong numpang iku nggak ndue modal... gak kiro nggowo duit akeh, opo neh panganan :D
Hapusmodal kemampuan, kepercayaan, n keyakinan yoo
HapusKemampuan opo? Gak nyambung ah... sek durung enek kerjo gae nunjukne kemampuan sing iso diijol duit.
Hapuskemampuan untuk merubah kebanggaan semu menjadi kebanggaan yang sebenarnya..
HapusAh kan mulai gendeng komen gak jelas, gak nyambung -_-
Hapusnyambung iku sek komene :)
Hapusaku selalu bangga punya kakak seperti Aditiya Zamrud Anggar Kasih selalu menjadi google pribadi. apa yang aku nggak tau, dia selalu tau. apa yang aku nggak bisa, dia selalu bisa. dan aku banyak belajar darinya. entah itu ilmu atau sebuah kehidupan :)
BalasHapusAhahahahaha... jadi malu bacanya... ajaran papa itu kan :)
HapusBetul Mas, saat kita bisa membuat orangtua bangga, itulah kebanggaan sejati. Melihat mereka tersenyum dan bahagia sungguh tak ternilai harganya. Bangga ga selalu harus punya sesuatu yang bersifat materi; berbuat baik dengan ikhlas juga kebanggaan yang oke. Semoga menang Mas :) Salam dari Kota Hujan.
BalasHapusIya kebanggan orang tua itu gak bisa ditukar sama materi apapun... kalo menurutku sih, berbuat baik meskipun dengan ikhlas tapi berbangga diri itu sama aja sama sombong... Kalo dibanggain orang lain sih fine :D Stuju kan? :D
HapusMakasih Mas Belalang Tempur eh Belalang Cerewet maksudnya udah mampir.
Salam dari Kota 1000 Gumuk
wisuda.. kunjungan perdana di blog ini :)
BalasHapusTerimakasih dan selamat datang
Hapuswew.. SUkses buat GA nya ya...
BalasHapusCaption foto salah ketik deh...
Wisidaku seharusnya wisudaku..
Salam
Oh iya... typo ahahahah makasih koreksinya mbak :)
HapusSalam kenal
Dilihat dari bahasanya, apalagi kata 'kebanggaan semu', mas orangnya merendah yah (modesty)? Hehehe
BalasHapusCoba deh dibaca lebih seksama... itu bukan merendah, tapi memang benar-benar semu...
Hapussetuju.. kebanggaan orang tua adalah tolak ukur kebanggaan diri kita. :)
BalasHapusAlhamudlillah kalau setuju...
Hapusitu yg dipoto cewek lo bang?
BalasHapuswkkwk... semoga dia insaf ya....
nah ini nih, kalo dia itu cewek lo, lo harus bangga bang, gue aja jomblo....
Bukan bang... itu adek gw, cewek gue mah udah pada inssaf... dah pada tobat hahahaha
HapusSelamat atas wisudanya ya bg..,,
BalasHapusgue juga bru wisuda, rasanya sih emng bangga, namun hanya secuil..
lebih bangga stelah wisuda ini, aku bisa melakukan hal yang lebih untuk membahagiakan ortu ku..:) Amiinn
semoga sukses menyertai kita semua bang..:)
Iya... wisuda itu cuma secuil kebanggan...
HapusAamiiin... semoga kita semua sukses :)
Aku cuma bangga aja membaca tulisanmu
BalasHapushahahaha makasih...
HapusSelamat atas wisudanya. Saya juga nangis terharu pas beres sidang #MalahCurcol. Nice post :)
BalasHapusWah harus balik ke masa wisuda nih, kok saya gak terharu ya? Hahahah
HapusTerimakasih udah berkunjung :)