Cerita ini merupakan sambungan dari cerita sebelumnya, Bercengkrama Dengan Alam Jember: Awal Rencana. Merasa sudah agak mahir dengan beberapa mode kamera, kami melanjutkan membuat rencana. Sekali lagi rencana yang lama terlaksana, "Mengejar Blue Flame - Kawah Ijen". Ntah apapun alasannya pasti salah satu dari kami tidak bisa. Meskipun rencana sudah dirancang dengan matang. Bahkan sudah berangan-angan sampai bawa kompor buat saur dan buka disana. Hasilnya? NIHIL. Sampai memasuki awal minggu ke-2 Ramadhan, aku nekad. RUDYS Tailor sedang sibuk-sibuknya saat itu, maklum pas tahun ajaran baru dimulai. Tapi kalau gak sekarang (baca: waktu itu) lalu kapan lagi? Hari itu aku sms Angga, "Besok kita ke Kawah Ijen, gak usah liat blue flame dulu. Yang penting jalan dulu sampai kesana. Abis saur aku langsung berangkat ke Kalisat".
Besoknya tanpa pamit langsung berangkat ke Kalisat setelah saur. Sampai di Kalisat ternyata si Angga lupa rencana hari itu. Ntah cuma becanda atau serius aku gak tau, tapi yang ada dipikiranku saat itu "ya mungkin ini salah satu penyebab kami susah sekali merealisasikan rencana kami". Kawah Ijen berada di kawasan perbatasan antara Bobodwoso dan Banyuwangi - Jawa Timur. Kita bisa kesana melalui 2 jalur, melalui Kabupaten Banyuwangi atau bisa juga melalui Kabupaten Bondowosso. Pukul 6 tepat perjalanan kami mulai menuju Bondowoso. Perjalanan kami gak sepenuhnya mulus, sempat kesasar hampir satu jam perjalanan dengan arah yang berbeda. Tapi tanpa patah semangat kami langsung putar balik dan meneruskan perjalanan ke Kawah Ijen. Sampai di paltuding pukul 9 lebih, ternyata ramai. Perkiraan kami sepi. Dan kami girang bukan main, karena ramai oleh turis asing. Terbersit niat, menunggu para turis naik, jadi bisa berbarengan. Tapi kami mewurungkan niat karena tiba-tiba saja kaki-kaki kami melangkah excited. Baru sampai pos 1 nafas kami sudah ngos-ngosan. Tak berkeringat memang, tapi napas sudah tersengal-sengal tanda tak pernah olah raga. Sampai napas kembali normal, kami lanjutkan kembali berjalan. Tiap pos selalu seperti itu. Di perjalanan kami banyak berpapasan dengan turis asing yang turun. Capek terus mendera, puasa masih jalan terus. Hingga dijalan kami merangkai kata sambil bercanda, "Bercengkrama dengan alam dikala berpuasa itu menyenangkan". Semua rasa capek menghilang ketika pertama kali kami melihat sepucuk kawah berwarna putih dari kejauhan. Nyaris teriak, lalu kami pun tertawa terbahak-bahak.
Di puncak angin bertiup kencang, sehingga aku gak kuat berlama-lama berada disana. Pukul 11 kami sampai dipuncak, dan pukul 12 lebih kami mulai turun. Perjalanan turun ternyata lebih cepat dari pada perjalanan naik, bahkan kami sanggup berjalan terus (sedikit berlari) tanpa istirahat. Sampai paltuding, kami berfoto-foto sebentar lalu langsung naik motor dan meluncur menuruni gunung. Alih-alih lewat jalan yang sama saat berangkat, ideku untuk melewati jalan baru agar tidak bosan dan mencari SPBU terdekat malah membuat kami nyasar. Sebenarnya jalur yang aku tempuh adalah jalur Bondowoso, jalur yang seharusnya sudah aku hafal benar. Tapi ditengah jalan, ada penutupan ruas jalan utama dikarenakan ada perbaikan jalan yang mengharuskan kami mencari jalan alternatif. Dan disanalah kami kesasar. Kami coba terus ikuti jalan-jalan kecil sesuai naluri kami. Eh tak disangka kami malah kembali ke jalan yang harusnya kami lalui saat berangkat tadi. Kami pun membeli bensi eceran di kios milik warga sekitar dan melanjutkan perjalanan pulang. Bersambung...
Kami bukan backpacker, bukan nekad traveler, bukan juga anggota organisasi pecinta alam. Kami ya kami, orang yang ingin jalan-jalan saja. Walaupun awalnya selalu tanpa tujuan, tapi pada akhirnya kami memiliki tujuan yang sama, yaitu PULANG KERUMAH DENGAN SELAMAT. Begitupun perjalanan ke Bali ini, tanpa rencana, tanpa tujuan, tanpa persiapan, tanpa jadwal, dan berbekal seadanya.
Artikel ini pernah aku ikutkan dalam kompetisi menulis artikel Nekad Traveler oleh Telkomsel berjudul asli Liburan: Wisata Alam Sekitar Jember Saat Puasa Sampai ke Bali. Meskipun gak menangin apa-apa tapi setelah aku coba print ternyata sampai 15 halaman kertas quarto, jadi artikel ini aku revisi. Aku memecahnya menjadi beberapa judul post.
Lokasi:
Berbagi :
2 komentar
untuk "Bercengkrama Dengan Alam: Kawah Ijen"
Ampyun deh tambah satu lagi tukang ngeposin artikel yg bikin ngiler.....
BalasHapusBiar gak ngiler didatengi aja mas... hihihihi
Hapus