Ada Kata Bosan Pada Hari ke-20
Sejak awal 2014 lalu aku mencoba memaksakan diriku untuk menulis satu post satu hari. Hal ini terkait akan profesi baruku sebagai Job Hunter. Profesi ini memaksaku menyandang profesi lain yang kebanyakan orang bilang sebagai pengangguran. Menyebalkan sekali menyandang title pengangguran itu. Seperti seonggok benalu dirumah sendiri. Aku pun memutuskan membagi hariku, membantu orang tua di RUDYS Tailor, menulis artikel, dan menjelma menjadi zombie alias walker yangmelakukan blog-walking. Alasannya seperti blogger kebanyakan, melatih konsistensi dan melatih tata bahasa dalam menulis. Sudah 20 hari mencoba dan sudah 21 artikel tertuliskan dalam blog ini (termasuk artikel ini).
Aku tak mengikuti proyek menulis 30 hari milik siapapun. Aku tak ingin di dikte orang lain. Aku tak pernah mempublikasikan (atau bahasa kerennya: berkoar-koar) tentang proyek ini sebelumnya. Karena jika gagal nanti, aku tak ingin mendapat sindiran "Jarkoni" atau iso berujar ra iso ngelakoni (bisa berkata-kata tapi tak bisa melakukan). Di hari ke-20 ini aku merasa gagal, aku menemukan titik bosan dan tidak menemukan titik pembelajaran sama sekali. Entah itu tentang konsistensi atau tata bahasa. Masalah konsistensi, aku memang konsisten menulis setiap hari, konsisten memikirkan ide apa lagi yang akan ditulis. Tapi bukan itu yang harus digaris bawahi, konsistensi tema dan manfaat tulisan untuk pembaca masih dipertanyakan. Tata bahasa? Semakin amburadul. Yang aku sadari bahwa semakin cepat aku memikirkan ide, semakin aku cepat mengetikan ide-ide itu, semakin gila tata bahasa yang ku gunakan. Entah itu cara mendeskripsikan, entah itu gaya bahasa, semakin amburadul.
Pagi tadi hampir menyerah dengan proyek yang kuinginkan sendiri dan kugarap sendiri, dengan bantuan teman-teman yang suka sekali berkunjung kemari tentunya. Aku pun iseng mengetikkan "kelelahan berlari" di google. Aku menemukan sebuah kata-kata indah oleh Fan Page alm KH. Rahmat Abdullah di Facebook. Kurang lebih seperti ini,
Jadi meskipun bosan atau tulisannya tidak bermanfaat dan gaya bahasanya acak-acakan, blog ini akan terus meracau sampai 31 Januari nanti.
Aku tak mengikuti proyek menulis 30 hari milik siapapun. Aku tak ingin di dikte orang lain. Aku tak pernah mempublikasikan (atau bahasa kerennya: berkoar-koar) tentang proyek ini sebelumnya. Karena jika gagal nanti, aku tak ingin mendapat sindiran "Jarkoni" atau iso berujar ra iso ngelakoni (bisa berkata-kata tapi tak bisa melakukan). Di hari ke-20 ini aku merasa gagal, aku menemukan titik bosan dan tidak menemukan titik pembelajaran sama sekali. Entah itu tentang konsistensi atau tata bahasa. Masalah konsistensi, aku memang konsisten menulis setiap hari, konsisten memikirkan ide apa lagi yang akan ditulis. Tapi bukan itu yang harus digaris bawahi, konsistensi tema dan manfaat tulisan untuk pembaca masih dipertanyakan. Tata bahasa? Semakin amburadul. Yang aku sadari bahwa semakin cepat aku memikirkan ide, semakin aku cepat mengetikan ide-ide itu, semakin gila tata bahasa yang ku gunakan. Entah itu cara mendeskripsikan, entah itu gaya bahasa, semakin amburadul.
Pagi tadi hampir menyerah dengan proyek yang kuinginkan sendiri dan kugarap sendiri, dengan bantuan teman-teman yang suka sekali berkunjung kemari tentunya. Aku pun iseng mengetikkan "kelelahan berlari" di google. Aku menemukan sebuah kata-kata indah oleh Fan Page alm KH. Rahmat Abdullah di Facebook. Kurang lebih seperti ini,
Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.Dari kata-kata itu bisa disimpulkan bahwa, terus berusaha meskipun bosan, lelah, letih, lesu menghantui, terus kerjakan sampai terbiasa dengan semua itu dan bosan, lelah, letih, lesu hilang dengan sendirinya. Tapi... kata futur itu artinya apa ya?
Quote Bosan, Lelah, Letih, Lesu |
Tetep semangat menulis mas :D
BalasHapusJustru sy iri sama smpyn krn bs ngeposting stiap hari.
Kalau sy, ide slalu ada, cm msh belum nemu wkt buat menulis karena msh sibuk sma kegiatan kampus, hehe..
Sama pengangguran kok iri @_@
HapusIde ada banyak sih, selalu ada setiap hari. tapi malesnya itu lho minta ampun.
wah mantab, saya aja masih sulit menulis 1day1article lho.. Semangat dan lanjutkan yah!
BalasHapusSebenarnya gampang kalau nggak bosan hahaha :D
Hapuspengen bikin 1 post per hari. tapi waktu diluar dunia maya yang lebih memaksa untuk katakan tidak. hehe
BalasHapusNice Post!
Jangan dipaksain :D ntar malah kerjaan di luar dunia maya berantakan.
Hapuskereeeen, bisa nulis 1 artikel per hari. saya palingan cuma bisa nulis di blog 1x seminggu, tapi sehari2 pasti nulis di note. kalau ada ide2 ditulisin di buku catetan. kadang2 curhat juga. tetep konsisten kawan, semangat!!!
BalasHapusTerimakasih atas dukungan dan semangatnya :)
Hapuswah, tapi tulisan ini ngga amburadul kok. APalgi tata bahasanya, bagus tuh mas.. Yang semangat , jangan putus asa...
BalasHapusMasa sih? Apa cuma persaan saya aja kali ya hehehe... Terimakasih atas semangat dan dukungannya :)
HapusIya dong, gerak terus aja, nulis terus. Insya Allah akan ada titik terang. Saya sudah menerbitkan buku bareng Gramedia di usia yang sudah tidak muda lagi, yang idenya didapat dari komentar pengunjung blog. Semangat!
BalasHapusTerimakasih mbak atas masukan, semangat, dan dukungannya :)
Hapuswah tetep semangat ya! semua yang disebut amburadul itu bisa jadi titik puncak dari kemajemukan, tapi nanti dari titik ini akan muncul titik pengharapan baru yang membuat tulisan jadi lebih berkualitas ^^
BalasHapusbetewe fatur itu malas, bosan, tenang setelah bergerak, bisa dikatakan yaa artinya sama seperti pada kalimat2 sebelumnya :))
Iya nanti harus ada titik pembelajarannya tentang ke-amburadul-an tulisan di blog ini^^
HapusOalah... malas... memang dari kemarin bingung, kok nggak ada kata malas ya. Terimakasih mbak atas dukungan, semangat, dan masukannya :)
wah keren banget bisa konsisten nulis terus tiap hari. kalau gua mungkin gak bisa, karena idenya gak datang tiap hari. haha
BalasHapusaku lebih memilih mengendapkan ide dalam draft, kemudian dipublish dalam bentuk yang menurut gua terbaik
Keren? Udah dari lahir! Wkwakwaka malah besar kepala. Kalau saya nggak bisa naruh ide didraft, pasti besoknya udah males nulisnya. Harus segera.
Hapuskalo bisa sih seterusnya. jangan cuman sampe 31 januari aja :)
BalasHapusSetelah 31 Januari harus ada pembelajaran dulu bro, harus ada kesimpulan. :D
HapusSemangat terus, tetap konsisten mas :D
BalasHapusTerimakasih atas bantuan semangatnya :D
Hapus